PENENTUAN KADAR IODA PADA GARAM
DAPUR
III.
Prinsip
Titrasi
iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak langsung,
dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya
dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara
ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator
ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan
dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indicator,
digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru
telah hilang.
IV.
Dasar
Teori
Titrasi reduksi
oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana reduktor akan teroksidasi
dan oksidator akan tereduksi.
Dasar dari
cara iodometri adalah reaksi kesetimbangan dari iodium dan iodide
I2 + 2e
2I- dengan demikian 1 grol
I2 = 2 grek.
Titrasi
dengan iodometri dapat dibagi menjadi 2 cara :
1. Cara langsung
Iodimetri
merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor
atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan
larutan baku berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan menggunakan
larutan tiosulfat. (Saragih,-)
Reduktor + I2
→ 2I-
Na2S2O3
+ I2 → NaI + Na2S4O6
2. Cara tidak langsung
Iodometri
adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini akan mengoksidasi iodida
yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan dengan
menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. (Saragih,-)
Oksidator +
KI → I2 + 2e
I2 +
Na2S2O3 → NaI + Na2S4O6
Dalam hal ini iodide sebagai perediksi
diubah menjadi iodium. Iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat. Cara iodometri digunakan untuk untuk menentukan zat pengoksidasi,
misalnya penentuan zat oksidator H2O2. Pada oksidator ini
ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian
dititrasi dengan Na2S2O3.
Reaksi :
H2O2 + KI + HCl → I2
+ KCl + 2H2O
Pembakuan Larutan Na2S2O3
Pembakuan Larutan Na2S2O3
dengan Larutan Baku KIO3, Percobaan ini menggunakan metode
titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium
direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi
dengan natrium thiosulfat. Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi
thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi reaksi:
Oksidator + KI → I2
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Natrium tiosulfat dapat dengan mudah
diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit
ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau
melapuk-lekang dari garam itu dan karena alasan-alasan lainnya. Karena itu, zat
ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.
Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat
dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod
sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV)
sulfat sebagai larutan standar sekundernya. Larutan thiosulfat sebelum digunakan
sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih
dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat
ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan
setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi coklat
kehitaman. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah
memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium
iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya
adalah sebagai berikut :
IO3- + 5I- + 6H+
→ 3I2 + 3H2O
Indikator yang digunakan dalam proses
standarisasi ini adalah indikator amilum 0,5%. Penambahan amilum yang dilakukan
saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod
karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula.
Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2
yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang
bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya
sangat jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna
larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya
tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki
kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir
titrasi.
V.
Alat
dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1. Buret
50 mL
2. Beaker
glass
3. Neraca
analitik
4. Spatel
5. Gelas
ukur
6. Labu
takar 500 mL
7. labu
takar 250 mL
8. pipet
volume 25 mL
9. gelas
arlogi
10. batang
pengaduk
11. Erlenmeyer
12. Pipet
ukur 5 mL
13. Botol
tertutup
|
1. Na2S2O3
2. Na2O3
3. Air
suling
4. I2
5. KI
6. H2SO4
2N
7. Amilum
8. As2O3
9. NaOH
1N
10. Garam
dapur
11. Label
|
VI.
Cara
Kerja
·
Pembuatan Larutan NaS2O3
0,005 N
1. 0,6205
gram NaS2O3 ditimbang dalam gelas arloji pada neraca
analitik
2. Dimasukkan
ke dalam gelas beaker kemudian dilarutkan dengan 50 ml aquades dan ditambahkan
10, g Na2CO3.
3. Larutan
diaduk hingga homogen dan dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mL.
4. Larutan
lalu diencerkan dengan air suling bebas CO2 sampai volume larutan
500 mL
5. Simpan
dalam botol yang tertutup dan diberi label.
·
Pembuatan Larutan KIO3 0,005 N
1. 0,0891
gram kristal KIO3 ditimbang dengan gelas arloji pada neraca analitik.
2. Dilarutkan
dengan aquades kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL.
3. Ditambahkan
aquades sampai tepat pada tanda 500 mL.
·
Pembuatan Larutan H2SO4 2N
100 mL
1. Disiapkan
labu ukur 100 mL yang telah diisi aquades + ¾ volumenya.
2. H2SO4
pekat (36N) dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah disiapkan lewat
dinding.
3. Ditambahkan
aquades sampai tanda 100 mL kemudian dikocok.
·
Standarisai NaS2O3 0,005
N dengan KIO3 0,005 N
1. Dipipet
25 mL KIO3 0,005 N dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan
2 gram KI yang bebas iodat dan 5 mL H2SO4 2N.
3. Larutan
ditirasi dengan Natrium Thiosulfat yang akan ditentukan normalitasnya.
4. Saat
warna kuning hampir menghilang, titrasi dihentikan dan ditambahkan indicator
amilum.
5. Titrasi
dilanjutkan sampai warna biru larutan tepat hilang.
6. Dihitung
normalitas NaS2O3.
·
Penentuan Kadar Iodat pada Garam Dapur
1. Ditimbang
25 gram garam.
2. Ditambahkan
aquades dengan volume 125 mL.
3. Ditambahkan
2 gram KI yang bebas iodat.
4. Ditambahkan
5 mL asam sulfat 2N.
5. Dititrasi
dengan larutan Natrium Thiosulfat yang telah diketahui normalitasnya.
6. Saat
warna kuning iodium hampir hilang, titrasi dihentikan dan ditambahkan indicator
amilum.
7. Titrasi
dilanjutkan sampai warna biru larutan tepat hilang
8. Dihitung
kadar iodum dalam garam dapur.
VII.
Hasil
Pengamatan
Sebelum ditambahkan
indicator, larutan KIO3 berwarna bening. Setelah ditambahkan H2SO4,
larutan menjadi berwarna kuning. Saat warna kuning hilang, ditambahkan
indicator kanji, dan pemberian indicator kanji, larutan menjadi berwarna biru.
Setelah warna biru larutan titrat hilang, titrasi dihentikan. Volume titran
dicatat sebagai vol. titrasi.
Perhitungan.
Hasil titrasi Na2S2O3
0,005 N dengan KIO3 0,005 N:
Vol. titrasi 1 : 25 ml
Vol. titrasi 2 : 25,8
ml
Vol. titrasi 3 : 24,6
ml
Vol. titrasi rata –
rata : 25,133 ml
KIO3 = Na2S2O3
V1 . N1 = V2 . N2
25 ml . 0,005 N = 25,133 ml . N2
0,125 = 25,133 . N2
N2 = 0,0049 N
Jadi normalitas dari Na2S2O3
pada titrasi iodometri ini adalah 0,0049 N
sampel
|
Volume Titrasi (ml)
|
Kadar Iodium
|
|||
I
|
II
|
II
|
Rata-rata
|
||
I
|
6,3
|
6
|
6
|
6,1
|
42,64
ppm
|
II
|
0,2
|
0,4
|
-
|
0,3
|
2,097
ppm
|
III
|
1,7
|
2
|
1,9
|
1,87
|
13,073
ppm
|
VIII.
Pembahasan
Iodometri
adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini akan mengoksidasi iodida yang
ditambahkan membentuk iodium. Iodium yang terbentuk ditentukan dengan
menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. Cara
iodometri dapat digunakan untuk menentukan kadar iodium dalam garam. Pada
oksidator/ garam ini ditambahkan larutan KI dan H2SO4
sebagai asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 dan dapat ditentukan kadarnya.
Namun, sebelumnya, larutan Na2S2O3 ini
harus dibakukan atau distandarisasi terlebih dahulu. Pembakuan larutan natrium
tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat,
tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganate.
Namun pada percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium
tiosulfat adalah kalium iodat standar. Larutan thiosulfat sebelum digunakan
sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih
dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat
ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan
setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi kuning
kecoklatan. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah
memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium
iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya
adalah sebagai berikut :
IO3-
+ 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
Untuk senyawa
yang memiliki potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara sempurna dalam suasana asam. Indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator
kanji (amilum) yang dapat membentuk senyawa absorpsi dengan iodium yang
dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat. Penambahan amilum yang
dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke
senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan
sifat I2 yang mudah menguap. Pada titik akhir titrasi iod yang
terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang
dan perubahannya sangat jelas. Titik akhir titrasi iodometri ialah apabila
warna biru telah hilang.
IX.
Simpulan
- Untuk standarisasi Na2S2O3 dengan larutan KIO3 digunakan titrasi dengan metode iodometri karena Na2S2O3 dapat dioksidasi oleh KIO3 dengan penambahan KI dan asam sulfat.
- Larutan Na2S2O3 digunakan sebanyak 25,133 ml untuk titrasi 25 ml CaCO3. Titik akhir titrasi terjadi saat larutan titrat kehilangan warna biru.
- Penentuan kadar iodium dalam garam dilakukan dengan metode iodometri karena iodium akan dihasilkan dari reaksi redoks oleh Na2S2O3. Kadar Iodium garam I adalah 42,64 ppm, garam II adalah 2,097 ppm dan garam III memiliki kadar iodium 13,073 ppm. Sehingga, garam I adalah garam yang memiliki kadar iodium paling banyak.
lebih jelas lihat videonya
Alhamdulillah sangat membantu
BalasHapusAlhamdulillah sangat membantu
BalasHapusterimakasih
BalasHapusDapatkah ditentukan ppm larutan,dengan hasil titrasi na2s2o3 dengan volume na2s2o3 tsb
BalasHapusKlo saat penambahan 2 gram KI dan asam sulfat tidak ada perubahan warna ,kenapa ya?
BalasHapusTop 25 Casinos With Casino Games | Casino Roll
BalasHapusDiscover our list of the 바카라룰 top 25 casino games for US players and play the casino 망고 도매인 with 바카라 사이트 주소 a huge 바카라 사이트 casinopan welcome bonus when you join today. 암호 화폐 종류
The Wynn Resorts casino, Las Vegas
BalasHapusWynn 아산 출장안마 Resorts operates as 안성 출장마사지 Caesars Entertainment. The company operates as Caesars 군산 출장샵 Entertainment Inc. and operates Wynn Macau. The 남원 출장안마 Wynn Macau Limited 천안 출장안마 owns the